Doa
dan Sugesti Ibu
@Imma_Molleng
Manusia mana yang tidak
memiliki seorang ibu? Ibu, sesosok manusia yang selalu dirindukan, memiliki
kasih sayang yang tulus. Ibu bagaikan embun pagi yang selalu menyejukan hati. Ibu
bagaikan cahaya rembulan yang selalu menerangi hidup dan bagaikan bintang selalu berkelip menemani di malam hari. Betapa
mulianya tugas seorang ibu. Dia rela mengorbangkan segalanya baik fisik maupun
materi demi kebahagiaan anak-anaknya. Pengorbanan yang tulus ikhlas
dipersembahkan untuk anaknya, mulai dari kandungan sampai dewasa. Kasih ibu
sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah.
Alkisah sebuah keluarga
yang hidup rukun dan bahagia. Mereka adalah Aliyah dan Dimas. Aliyah bekerja
sebagai seorang dokter sedangkan Dimas melakoni aktivitasnya sebagai seorang
direktur perusahaan. Mereka suami istri yang dikaruniai tiga orang anak, dua
orang laki dan satu gadis. Anaknya ganteng dan cantik. Mereka saling menyayangi
antara satu dengan lainnya.
Beberapa bulan
terakhir, mereka sibuk dengan aktivitasnya. Aliyah sibuk dengan pasien di Rumah
sakit ditambah praktek di klinik, sedangkan Dimas sibuk dengan pekerjaannya
yang menumpuk di kantor. Mereka sering menghiraukan anak-anaknya.
Suatu hari anak gadisnya, Mila yang berumur 5
tahun demam, awalnya Aliyah dan Dimas menghiraukannya. Dia mengira itu hanya
demam biasa. Sehingga mereka hanya memberi obat penurun demam tanpa membawa ke
Rumah Sakit.
Hari berganti minggu,
demam Mila tidak turun juga padahal biasanya maksimal tiga hari, demamnya sudah
turun. Aliyah dan Dimas mulai panik terhadap kondisi anaknya. Aliyah yang berprofesi
sebagai seorang dokter, tidak mengetahui penyakit yang diderita oleh buah
hatinya. Beberapa bulan kemudian kaki tangan Mila mulai mengecil dan tidak
dapat digerakkan. Mila hanya terbaring terlentang dengan mata yang melotot. Suaranya
pun tidak terdengar jelas lagi. Tubuh Mila terbujur kaku laksana mayat
di atas tempat tidur. Sungguh menakutkan. Aliyah dan Dimas
segera membawa Mila ke Dokter spesialis anak setelah melihat kondisi Mila yang
semakin parah. Dokter mendiagnosa bahwa Mila akan tumbuh menjadi anak yang
bermuka seribu. Kemungkinan kecil untuk kembali normal.
Aliyah tidak putus asa
membawa Mila dari dokter yang satu ke dokter yang lain akan tetapi tidak menunjukkan
perubahan sedikit pun. Akhirnya Aliyah memutuskan berhenti dari pekerjaannya
sebagai seorang dokter. Urusan klinik pun diserahkan kepada asistennya. Dia
ingin merawat anak gadisnya agar kembali sempurna. Aliyah termasuk seorang
dokter yang rajin dan disiplin sehingga Direktur membujuk agar tidak keluar
dari Rumah sakit, akan tetapi Aliyah tetap pada pendirian. Dia ingin melihat
Mila tumbuh menjadi gadis normal yang cantik dan pintar.
Setiap hari Aliyah
merawat anak-anaknya dengan penuh kasih sayang terutama Mila. Sedangkan Dimas
tetap bekerja untuk menafkahi keluarga. Aliyah selalu memberi sugesti yang
positif kepada Mila. Selain itu, Aliyah pun membiasakan kepadanya
berbagai jenis terapi dan pelatihan.
Hari berganti minggu,
minggu berganti bulan, bulan berganti tahun, kondisi Mila hanya terbaring kaku tetapi Aliyah
tidak pernah merasa lelah dalam merawat
anaknya. Setiap hari Aliyah harus menyuap sang anak sambil memberi sugesti “Mila
adalah anak yang cantik dan pintar, jika besar nanti akan menjadi orang yang terkenal”
Begitulah aktivitas
Aliyah tiap hari. Dia menerapi dan mengajak komunikasi seperti layaknya anak
normal. Selain itu, Aliyah selalu mendirikan salat tahajud, sujud kepada Allah meminta agar
Mila sembuh dan dapat tumbuh normal.
Setiap pekan Aliyah dan
Dimas mengajak anak-anaknya tanpa terkecuali Mila yang sedang sakit untuk
refreshing di Mall, kebun binatang, pantai dan tempat-tempat lain. Aliyah
selalu mengenalkan dunia luar kepada Mila dan memberi sugesti bahwa Mila akan
tumbuh seperti anak-anak yang ada di sekelilingnya.
Suatu malam Mila
terbangun dari tidurnya sambil meraung-ranung, Aliyah pun terbangun dan sangat
panik. Malam itu, suaminya lagi keluar kota karena ada urusan yang sangat
penting. Aliyah tidak tahu harus berbuat apa. Dia sudah membujuk tetapi Mila
tetap meraung. Aliyah mencoba membacakan surah Al-Fatihah berulang kali
akhirnya Mila mulai tenang. Setelah Mila kembali tidur, Aliyah mengambil air
wudhu lalu salat tahajjud dengan khusyuk. Dalam keheningan malam, sambil
berlinangan air mata, Aliyah merintih meminta agar anaknya disembuhkan oleh
Allah.
“Ya Allah ampunilah
segala dosa dan dosa keluargaku. Ya
Allah, tidak ada Tuhan melainkan Engkau saja.
Tunjukkanlah kuasaMu ya Allah. Engkaulah yang Maha menyembuhkan segala
penyakit, hamba mohon sembuhkanlah anakku dari sakitnya. Tidak ada kesembuhan yang sejati kecuali kesembuhan yang
datang dari-Mu ya Allah. Yaitu kesembuhan yang tidak meninggalkan komplikasi
rasa sakit dan penyakit lain. Aku
sangat sayang kepadanya. Aku sangat rindu kepadanya. Aku
tak tega melihat anakku hidup seperti itu. Ya Allah Engkaulah yang Maha segala hal, berkat kebesaran-Mu
ya Allah, kabulkanlah doaku ini .... aamiin ya Rabbal Aalamiin".”
Setelah berdoa, Aliyah
kembali tidur dan terbangun saat adzan berkumandang. Dia tiba-tiba kaget
melihat tangan Mila memeluknya padahal sebelumnya tidak bisa digerakkan. Aliyah
membuka mata lebar-lebar dan menepuk pahanya dikira hanya mimpi. Ternyata itu
kenyataan, salah satu tangan Mila bisa digerakkan.
Aliyah semakin yakin bahwa anaknya pasti akan kembali normal. Dia semakin semangat
memberi sugesti dan terapi yang rutin kepada Mila. Beberapa bulan kaki
tangannya sudah bisa digerakkan tetapi masih kaku, suaranya pun belum jelas.
Aliyah tidak pernah putus asa merawat dan memanjatkan doa di setiap sujud untuk
kesembuhan anaknya.
Beberapa bulan kemudian
Mila kembali normal. Sekarang dia tumbuh menjadi anak yang cantik dan cerdas. Dia melihat
dan berbicara seakan-akan ia tidak pernah tertimpa sesuatu sebelumnya. Semua
orang yang mengenalnya heran melihat keadaan Mila yang normal. Mengingat
usianya sudah menginjak 7 tahun maka Mila mulai masuk SD. Aliyah kembali
menekuni aktivitasnya di klinik. Walaupun dia kembali bekerja di klinik tetapi
tak pernah lupa dengan tanggungjawab terhadap suami dan anak-anaknya. Dia
selalu memperhatikan dan merawat anak-anaknya dengan penuh kasih sayang.
***
Imma
Husnul Khotimah nama pena dari Irmayanti, seorang anak kelahiran 10 Mei 1991, tepatnya di
Sinjai. Dia anak bungsu dari 7 bersaudara.
Alumni
pendidikan Matematika
UIN Alauddin
Makassar.
When you need, can contact her on
Irmayanti91@gmail.com
or @Imma_Molleng.
Alamat:
Jalan Biring Romang dlm X, No.101, Perumnas Antang. RT 004, RW 001, Kelurahan
Manggala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, provinsi Sulawesi Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar