Rabu, 29 Oktober 2014

Motivation



Doa dan Sugesti Ibu
@Imma_Molleng
Manusia mana yang tidak memiliki seorang ibu? Ibu, sesosok manusia yang selalu dirindukan, memiliki kasih sayang yang tulus. Ibu bagaikan embun pagi yang selalu menyejukan hati. Ibu bagaikan cahaya rembulan yang selalu menerangi hidup dan bagaikan bintang selalu berkelip menemani di malam hari. Betapa mulianya tugas seorang ibu. Dia rela mengorbangkan segalanya baik fisik maupun materi demi kebahagiaan anak-anaknya. Pengorbanan yang tulus ikhlas dipersembahkan untuk anaknya, mulai dari kandungan sampai dewasa. Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah.
Alkisah sebuah keluarga yang hidup rukun dan bahagia. Mereka adalah Aliyah dan Dimas. Aliyah bekerja sebagai seorang dokter sedangkan Dimas melakoni aktivitasnya sebagai seorang direktur perusahaan. Mereka suami istri yang dikaruniai tiga orang anak, dua orang laki dan satu gadis. Anaknya ganteng dan cantik. Mereka saling menyayangi antara satu dengan lainnya.
Beberapa bulan terakhir, mereka sibuk dengan aktivitasnya. Aliyah sibuk dengan pasien di Rumah sakit ditambah praktek di klinik, sedangkan Dimas sibuk dengan pekerjaannya yang menumpuk di kantor. Mereka sering menghiraukan anak-anaknya.
 Suatu hari anak gadisnya, Mila yang berumur 5 tahun demam, awalnya Aliyah dan Dimas menghiraukannya. Dia mengira itu hanya demam biasa. Sehingga mereka hanya memberi obat penurun demam tanpa membawa ke Rumah Sakit.
Hari berganti minggu, demam Mila tidak turun juga padahal biasanya maksimal tiga hari, demamnya sudah turun. Aliyah dan Dimas mulai panik terhadap kondisi anaknya. Aliyah yang berprofesi sebagai seorang dokter, tidak mengetahui penyakit yang diderita oleh buah hatinya. Beberapa bulan kemudian kaki tangan Mila mulai mengecil dan tidak dapat digerakkan. Mila hanya terbaring terlentang dengan mata yang melotot. Suaranya pun tidak terdengar jelas lagi. Tubuh Mila terbujur kaku laksana mayat di atas tempat tidur. Sungguh menakutkan. Aliyah dan Dimas segera membawa Mila ke Dokter spesialis anak setelah melihat kondisi Mila yang semakin parah. Dokter mendiagnosa bahwa Mila akan tumbuh menjadi anak yang bermuka seribu. Kemungkinan kecil untuk kembali normal.
Aliyah tidak putus asa membawa Mila dari dokter yang satu ke dokter yang lain akan tetapi tidak menunjukkan perubahan sedikit pun. Akhirnya Aliyah memutuskan berhenti dari pekerjaannya sebagai seorang dokter. Urusan klinik pun diserahkan kepada asistennya. Dia ingin merawat anak gadisnya agar kembali sempurna. Aliyah termasuk seorang dokter yang rajin dan disiplin sehingga Direktur membujuk agar tidak keluar dari Rumah sakit, akan tetapi Aliyah tetap pada pendirian. Dia ingin melihat Mila tumbuh menjadi gadis normal yang cantik dan pintar.
Setiap hari Aliyah merawat anak-anaknya dengan penuh kasih sayang terutama Mila. Sedangkan Dimas tetap bekerja untuk menafkahi keluarga. Aliyah selalu memberi sugesti yang positif kepada Mila. Selain itu, Aliyah pun membiasakan kepadanya berbagai jenis terapi dan pelatihan.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun,  kondisi Mila hanya terbaring kaku tetapi Aliyah tidak pernah merasa lelah dalam  merawat anaknya. Setiap hari Aliyah harus menyuap sang anak sambil memberi sugesti “Mila adalah anak yang cantik dan pintar, jika besar nanti akan menjadi orang  yang terkenal”
Begitulah aktivitas Aliyah tiap hari. Dia menerapi dan mengajak komunikasi seperti layaknya anak normal. Selain itu, Aliyah selalu mendirikan  salat tahajud, sujud kepada Allah meminta agar Mila sembuh dan dapat tumbuh normal.
Setiap pekan Aliyah dan Dimas mengajak anak-anaknya tanpa terkecuali Mila yang sedang sakit untuk refreshing di Mall, kebun binatang, pantai dan tempat-tempat lain. Aliyah selalu mengenalkan dunia luar kepada Mila dan memberi sugesti bahwa Mila akan tumbuh seperti anak-anak yang ada di sekelilingnya.
Suatu malam Mila terbangun dari tidurnya sambil meraung-ranung, Aliyah pun terbangun dan sangat panik. Malam itu, suaminya lagi keluar kota karena ada urusan yang sangat penting. Aliyah tidak tahu harus berbuat apa. Dia sudah membujuk tetapi Mila tetap meraung. Aliyah mencoba membacakan surah Al-Fatihah berulang kali akhirnya Mila mulai tenang. Setelah Mila kembali tidur, Aliyah mengambil air wudhu lalu salat tahajjud dengan khusyuk. Dalam keheningan malam, sambil berlinangan air mata, Aliyah merintih meminta agar anaknya disembuhkan oleh Allah.
“Ya Allah ampunilah segala dosa dan dosa keluargaku. Ya Allah, tidak ada Tuhan melainkan Engkau saja. Tunjukkanlah kuasaMu ya Allah. Engkaulah yang Maha menyembuhkan segala penyakit, hamba mohon sembuhkanlah anakku dari sakitnya. Tidak ada kesembuhan yang sejati kecuali kesembuhan yang datang dari-Mu ya Allah. Yaitu kesembuhan yang tidak meninggalkan komplikasi rasa sakit dan penyakit lain. Aku sangat sayang kepadanya. Aku sangat rindu kepadanya. Aku tak tega melihat anakku hidup seperti itu. Ya Allah Engkaulah yang Maha segala hal, berkat kebesaran-Mu ya Allah, kabulkanlah doaku ini .... aamiin ya Rabbal Aalamiin".
Setelah berdoa, Aliyah kembali tidur dan terbangun saat adzan berkumandang. Dia tiba-tiba kaget melihat tangan Mila memeluknya padahal sebelumnya tidak bisa digerakkan. Aliyah membuka mata lebar-lebar dan menepuk pahanya dikira hanya mimpi. Ternyata itu kenyataan, salah satu tangan Mila  bisa digerakkan. Aliyah semakin yakin bahwa anaknya pasti akan kembali normal. Dia semakin semangat memberi sugesti dan terapi yang rutin kepada Mila. Beberapa bulan kaki tangannya sudah bisa digerakkan tetapi masih kaku, suaranya pun belum jelas. Aliyah tidak pernah putus asa merawat dan memanjatkan doa di setiap sujud untuk kesembuhan anaknya.
Beberapa bulan kemudian Mila kembali normal. Sekarang dia tumbuh menjadi anak yang cantik dan cerdas. Dia melihat dan berbicara seakan-akan ia tidak pernah tertimpa sesuatu sebelumnya. Semua orang yang mengenalnya heran melihat keadaan Mila yang normal. Mengingat usianya sudah menginjak 7 tahun maka Mila mulai masuk SD. Aliyah kembali menekuni aktivitasnya di klinik. Walaupun dia kembali bekerja di klinik tetapi tak pernah lupa dengan tanggungjawab terhadap suami dan anak-anaknya. Dia selalu memperhatikan dan merawat anak-anaknya dengan penuh kasih sayang.
***

Imma Husnul Khotimah nama pena dari Irmayanti, seorang anak kelahiran 10 Mei 1991, tepatnya di Sinjai. Dia anak bungsu dari 7 bersaudara.  Alumni pendidikan Matematika UIN Alauddin Makassar. When you need, can contact her on Irmayanti91@gmail.com or @Imma_Molleng.
Alamat: Jalan Biring Romang dlm X, No.101, Perumnas Antang. RT 004, RW 001, Kelurahan Manggala, Kecamatan Manggala, Kota Makassar, provinsi Sulawesi Selatan.

Telat lagi...



Setiap sekolah memiliki peraturan “tidak boleh telat” tapi hal ini yang paling tidak bisa dihindari oleh siswa. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor tetapi guru biasanya tidak menerima alasan apapun. Telat itu hukumannya tidak terlalu berat namun sangat menyakitkan misal kalau sudah telat masuk sekolah, tidak bakalan diizinkan masuk untuk mengikuti pelajaran di kelas. Hal ini sering aku alami selama duduk di bangku sekolah.
Tahun ini aku sudah duduk di SMA, situasinya akan berbeda di SD dan SMP. Kalau SD dan SMP lokasinya sangat dekat dengan rumah sehingga tidak pernah telat ke sekolah. Tapi di SMA, lumayan jauh dan paling parah lagi harus 2 kali naik angkot.  Jadi setiap hari aku harus berangkat sebelum pukul 06.00.  Berhubung karena rumah masuk lorong sehingga masih kurang angkot,  yang banyak itu ojek. Walaupun ada ojek tapi aku dan teman-teman tetap bertekad jalan kaki ke jalan poros yang jaraknya sekitar 2 km untuk menghemat biaya, kasian keluarga yang bersusah mencari nafkah. Perjalanan sampai jalan poros makan waktu sekitar 30 menit. Baru  beberapa pekan sekolah, sudah beberapa hari juga telat.
Hari ini hari rabu, seperti biasannya sebelum pukul 06.00 sudah berangkat ke sekolah. Dalam perjalanan kami asyik bercerita sehingga jalannya santai saja. Setelah sampai di jalan poros baru teringat bahwa hari ini pasar Bikeru, biasanya semua mobil mengarah ke pasar itu dan jarang mobil yang mengarah ke sekolah kami. “Aduh,,,telat lagi nih” kataku kepada teman.
Beberapa menit ada angkot yang melintas, tetapi pull penumpang.
“Pasti telat lagi nih” kataku lagi kepada teman-teman yang senasib.
“Iya kayaknya deh, dapat tanda tangan lagi di buku merah” kata salah satu teman.
Sekitar pukul 07.00 ada lagi angkot, saya liat dari jauh,,,masih kurang penumpangnya, tapi pak sopir berhenti di depan seorang guru yang kebetulan juga menunggu angkot tidak jauh dari tempat kami berdiri.  Aku berlari menuju angkot tersebut tapi sayang sekali baru mau naik, angkotnya langsung melaju. Aku juga sadar bahwa sopir tidak mau mengangkut siswa karena hanya bayar seribu. Tapi di sisi lain sangat sakit, sakin sakitnya tak terasa air mata menetes membasahi pipiku.
Beberapa menit kemudian sudah ada angkot. Alhamdulillah sopirnya baik, kami segera naik kemudian angkot tersebut melaju menuju sekolah. Sekitar 30 menit sudah sampai di pertigaan. Setelah bayar angkot segera lari menuju sekolah. Dari jauh, terlihat pagar sudah tertutup dan ada guru di Gerbang sekolah,,,wah harus gimana ini, pasti itu guru tidak mau terima alasanku, ini sudah terlambat 30 menit” kataku dalam hati. Mau tidak mau harus melapor, tidak mungkin pulang karena pasti dimarahi juga oleh orang tua. Kuberanikan diri untuk masuk. Belum sampai di gerbang sudah ditegur oleh guru.
Cepat lari, sudah telat 30 menit jalan santai lagi.” kata guruku.
Segera kupercepat langkahku.
“Kenapa terlambat?” tanya guru
“tidak ada angkot karena pasar Bikeru Pak” kataku
“Alasan, kenapa tidak cepat bangun” tanya pak guru.
“Mana buku merahmu(buku kumpulan poin pelanggaran)?’ tanya guru lagi
“waduh bertambah lagi poinku” kataku dalam hati sambil memberi buku merah ke guru.
“Cepat masuk kelasnya” kata pak guruku dengan suara membentak.
Segera berlari menuju kelas tapi  pintu kelas juga sudah tertutup dan sebelumnya memang ada kesepakatan dengan guru yang mengajar jam pertama bahwa yang terlambat tidak boleh masuk. Saat itu, kebetulan pintu terbuka sedikit sehingga teman yang duduk dekat pintu bisa terlihat, segera kuberi kode kepada teman. Kemudian teman mengisyratkan untuk masuk saja. Agar tidak ketahuan oleh pak guru aku simpan tas di luar kemudian masuk. Ternyata ideku berhasil, pak guru tidak tahu kalau aku terlambat, setelah di dalam spontan berkata” yes…yes… hampir saja ketahuan karena teman-teman tidak tahan tawanya melihat tingkahku. Wah,,gawat ada tugas dari bapak sementara buku dan pulpen ada di luar. Ah,,aku minta izin saja sama bapak keluar sebentar, ruangan kembali ribut. Pak guru mulai heran tapi tidak sampai ketahuan. Setelah ambil buku dan pulpen,  masuk lagi ke kelas sementara tas masih simpan di luar. Setelah jam ketiga, lonceng berbunyi, pak guru keluar. Menyusul juga keluar untuk mengambil tas.  Aku sangat senang karena bisa belajar walaupun telat, kan rugi kalau harus disuruh pulang. Setelah lonceng berbunyi tanda pulang maka kami bergegas pulang. Dalam perjalanan pulang aku menceritakan kepada teman kejadian tadi, mereka tertawa dan berkata” ternyata kamu nakal juga”.hahahaha.
Imma Husnul Khotimah nama pena Irmayanti, seorang anak kelahiran 10 Mei 1991, tepatnya di Sinjai. Dia anak bungsu dari 7 bersaudara.  Sekarang menempuh pendidikan di UIN Makassar Jurusan Pendidikan Matematika. Cewek ini aktif dalam Organisasi Kampus yaitu Matriks SC (2010/2011), KAMMI (2011/2012), LDF Al-Uswah (2012) dan BEM Faktar UIN Makassar (2012). When you need, can contact her in 085242955389 or Irmayanti91@gmail.com

My Family in Makassar



Keluargaku di Perumnas Antang
Tak terasa 4 tahun kulalui hari-hariku di kota Daeng bersama keluarga baru yang tak lain adalah sepupu dari orang tuaku. Awal aku menginjakkan kaki di makassar, aku tinggal di rumah tante tepatnya di perumnas antang blok 1 no. 101. Sejak tahun 1990-an sampai sekarang rumah ini merupakan rumah keluarga besarku dari Sinjai. Setiap keluarga yang datang dari Sinjai biasanya menginap di rumah ini.
            Aku tak bisa membayangkan berapa banyak pahala yang mereka dapatkan. Mereka tidak mempunyai anak. Mereka menganggap kami sebagai anaknya. Mereka memperhatikan mulai dari bangun, makan, urusan kampus, sampai tidur kembali.
Tahun pertama di Makassar masih terasa sepi di rumah ini karena hanya aku dan ka’Nis. Itu pun k’Nis kerja dari pagi sampai malam. Dia yang pertama mengenalkan kehidupan Makassar. Terus terang akulah orang yang tidak pernah menginjakkan kaki di Makassar sebelumnya.
Tahun kedua, personil antank sudah bertambah 3 orang, semua cowok. Itu berarti bertambah lagi orang yang harus mereka perhatikan. Walaupun demikian mereka tetap ikhlas menerima kami di rumahnya.
Tahun kedua bertambah lagi 1 orang lagi dan tahun sekarang bertambah 3 semua cewek. Jadi sekarang personilnya Antank Perumnas sudah 8 orang. Aku sangat salut dengan mereka yang selalu memperhatikan kami tanpa harus membeda-bedakan. Walaupun personil bertambah tapi perhatiannya tidak berkurang.
Hanya ada sedikit permasalahan yang mengganjal pada personilnya yaitu tidak boleh keluar rumah apabila bukan urusan kuliah. Sementara kita butuh pengalaman luar dan perlu refreshing. Saya yakin bahwa alasannya, mereka khawatir terjadi sesuatu dengan kami.
Om itu orangnya tegas tidak ada yang berani melawan. Beraninya Cuma kalo Beliau tidak ada. Paling parah lagi dia diberi gelar Bos Kumis karena panjang Kumisnya. Awasss,,saya lapor ma Bos Kumis.



Personil Antank Perumnas
Mualawarman (Emmank)                 : mahasiswa keperawatan UIN Makassar’10. Orangnya gimana yah??
Irfan Asmadi (Ifan)                             : mahasiswa kehutanan UNHAS’10. Orangnya baik,...
Amaluddin (Ama)                              : mahasiswa peternakan UIN Makassar ’10. Orangnya pendiam
Verawati Parmah (vera)                   : mahasiswi Akbid Minasaupa’11. Orangnya agak gemuk, bos kentut,sering menasehati tapi kadang juga labil
Mutmainnah (Ina)                               : mahasiswa Keprawatan Akper Anging Mammiri’13. Orangnya kurus tinggi, paling narsis sedunia, suka kerjain Indri, pokoknya paling kocak di antara personil antank
Khaerida Annisa (Icha)                      : mahasiswa Keprawatan Poltekes Makassar’13. Penghubungnya personil antak dengan bos(pelapor klo ada yg telat pulang)
Indri Hendrayani (Indri)                      : mahasiswa Akbid Minasaupa’13. Orangnya kurus pendek, cepat emosi,hampir tiap hari galau, anaknya masih sangat labil.
Irmayanti (Imma)                               : Alumni P. Matematika UIN Makassar’09. Orangnya gimana yah??agak pendiam tapi anaknya rajin ko’. Dan paling suka jokka.